esai - terimakasih
esai - terimakasih - Hallo sahabat Breaking News, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul esai - terimakasih, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel esai, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : esai - terimakasih
link : esai - terimakasih
Orang tua bukan sekedar orang yang melahirkan lalu membesarkanku, melainkan darinya final hidupku akan ditentukan. Lewat do'a-do'anya segala urusanku akan dapat jaminan. Serta melalui ridhonya keberkahan hidup mampu aku genggam.
Guru bagiku bukan sekedar orang alim yang mengajariku huruf-huruf. Mereka adalah anugerah Tuhan yang sengaja dihadirkan untuk menciptakan diriku menjadi manusia yang seutuhnya. Lewat petuahnya diriku mampu membedakan antara penjual gorengan dan penjual bacotan. Dari langkahnya diriku mulai paham bahwa hidup tidak sekedar menikmati mimpi tapi juga berani memperjuangkan arti. Ya, gurulah yang harus dihormati karena ilmunya bukan karena ketampanannya, kekayaannya, apalagi kegilaannya terhadap kehormatan. Terakhir, terlepas dari larangan berburuk sangka (adab terhadap guru), lewat ridho merekalah hidup akan menjadi berarti dimanapun kita singgah dan dengan siapapun kita berintraksi.
Pacar, cukup gemetar aku memaknainya, disamping bentuk katanya yang sering menimbukan kesensitifan, serta aku juga orang yang tidak punya pacar (jujur ini lho). Tapi aku berhak menyampaikan arti pacar lewat versinya. Bagiku pacar bukan (selalu) perempuan haram yang berusaha dihalalkan lewat tembakan, ucapan mesra, janji-janji persyetan atau apalah itu. Pacar adalah orang yang (dianggap) spesial dalam hidup, yang namanya spesial berarti dari dasarnya sudah jelas berbeda dari yang lainnya, begitupun cara memperlakukannya juga pasti beda. Pun dikatakan spesial berarti tidak boleh dikotori dengan tindakan-tindakan tak beradab serta tidak boleh ditafsiri dengan sebatas kebuasan nafsu. Terakhir, seandainya ini dianggap pernyataan yang sok alim, boleh aku khawatir jangan-jangan selamanya ini pacar sudah masuk kata perbudakan nafsu dan otak yang tak bergizi.
Orang yang membenciku adalah bagian dari rangkaian skenario hidup. Aku sangat membanggakannya karena mereka cukup cerdas, telah berhasil mencintaiku dengan cara yang berbeda. Makanya aku tidak pernah membencinya balik, karena aku tidak secerdas mereka. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum dan do'a disetiap kali mereka membenciku. Apakah kalian juga bagian dari orang cerdas yang aku banggakan?.
Ok. kiranya aku cukupkan dulu untaian 'terimakasih'-ku malam ini, selanjutnya (semoga) akan terus lahir terimakasih-terimakasih baru sebagai bentuk permohonanku agar terhindarkan dari siksaan Tuhan.
(Momentum selesai Seminar proposal)
Anda sekarang membaca artikel esai - terimakasih dengan alamat link https://gpbn1.blogspot.com/2020/05/esai-terimakasih.html
Judul : esai - terimakasih
link : esai - terimakasih
esai - terimakasih
Terimakasih
Oleh: Ach. Jazuli*
Terimaksih kepada waktu dan kesempatan yang terkadang sering kali aku benci lantaran tidak sepakat dengan rencana yang aku gelar sehingga mengharuskanku untuk belok arah dan terkadang sampai banting setir. Namun tanpa aku sadari, penghindaran seperti apapun itu adalah cara waktu dan kesempatan menunjukkan arah dan tempat yang layak untuk aku singgahi.
Terimakasih kepada orang yang (sempat) menjalin hubungan denganku mulai dari orang tua, guru, teman, pacar hingga orang yang membenciku. kalian semua adalah bagian dari rencana Tuhan untuk menemani langkahku. Tanpa kalian aku hanyalah sebongkah daging yang tersusun atas kepalsuan dan kepura-puraan. Kenapa demikian? Mari aku buktikan.
Orang tua bukan sekedar orang yang melahirkan lalu membesarkanku, melainkan darinya final hidupku akan ditentukan. Lewat do'a-do'anya segala urusanku akan dapat jaminan. Serta melalui ridhonya keberkahan hidup mampu aku genggam.
Guru bagiku bukan sekedar orang alim yang mengajariku huruf-huruf. Mereka adalah anugerah Tuhan yang sengaja dihadirkan untuk menciptakan diriku menjadi manusia yang seutuhnya. Lewat petuahnya diriku mampu membedakan antara penjual gorengan dan penjual bacotan. Dari langkahnya diriku mulai paham bahwa hidup tidak sekedar menikmati mimpi tapi juga berani memperjuangkan arti. Ya, gurulah yang harus dihormati karena ilmunya bukan karena ketampanannya, kekayaannya, apalagi kegilaannya terhadap kehormatan. Terakhir, terlepas dari larangan berburuk sangka (adab terhadap guru), lewat ridho merekalah hidup akan menjadi berarti dimanapun kita singgah dan dengan siapapun kita berintraksi.
Teman adalah keluarga kedua setelah pelukan ayah-bunda. Jangan pernah menyia-nyiakan kehadirannya, karena mereka juga bagian dari cerminan potensi hidupku. Tak salah jika sebagian maqola menegaskan bahwa citra seseorang dapat dilihat dari temannya. Namun, hal ini bukan lantas membatasiku untuk berteman dengan orang-orang yang (anggapanku) bukan dari golonganku. Justru dengan beragam teman, aku akan banyak belajar tentang banyak karakter diri. Bukan sekedar jadi bahan penilaian, melaikan menjadi tolak-ukur dan tolak-ukir diri dalam menjalin sebuah kesimbangan jiwa dan raga.
Pacar, cukup gemetar aku memaknainya, disamping bentuk katanya yang sering menimbukan kesensitifan, serta aku juga orang yang tidak punya pacar (jujur ini lho). Tapi aku berhak menyampaikan arti pacar lewat versinya. Bagiku pacar bukan (selalu) perempuan haram yang berusaha dihalalkan lewat tembakan, ucapan mesra, janji-janji persyetan atau apalah itu. Pacar adalah orang yang (dianggap) spesial dalam hidup, yang namanya spesial berarti dari dasarnya sudah jelas berbeda dari yang lainnya, begitupun cara memperlakukannya juga pasti beda. Pun dikatakan spesial berarti tidak boleh dikotori dengan tindakan-tindakan tak beradab serta tidak boleh ditafsiri dengan sebatas kebuasan nafsu. Terakhir, seandainya ini dianggap pernyataan yang sok alim, boleh aku khawatir jangan-jangan selamanya ini pacar sudah masuk kata perbudakan nafsu dan otak yang tak bergizi.
Orang yang membenciku adalah bagian dari rangkaian skenario hidup. Aku sangat membanggakannya karena mereka cukup cerdas, telah berhasil mencintaiku dengan cara yang berbeda. Makanya aku tidak pernah membencinya balik, karena aku tidak secerdas mereka. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum dan do'a disetiap kali mereka membenciku. Apakah kalian juga bagian dari orang cerdas yang aku banggakan?.
Ok. kiranya aku cukupkan dulu untaian 'terimakasih'-ku malam ini, selanjutnya (semoga) akan terus lahir terimakasih-terimakasih baru sebagai bentuk permohonanku agar terhindarkan dari siksaan Tuhan.
(Momentum selesai Seminar proposal)
Pamekasan, 10 Desember 2019
*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah Prodi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Madura
Demikianlah Artikel esai - terimakasih
Sekianlah artikel esai - terimakasih kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel esai - terimakasih dengan alamat link https://gpbn1.blogspot.com/2020/05/esai-terimakasih.html
Posting Komentar untuk "esai - terimakasih"