Esai Kebiasaan
Esai Kebiasaan - Hallo sahabat Breaking News, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Esai Kebiasaan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel esai, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Esai Kebiasaan
link : Esai Kebiasaan
Hari ini tidak jauh beda dari hari-hari sebelumnya, tentang aku dan segala rasa yang berkecamuk dalam benak. Aku yang mulai menua, tapi jiwa tak kunjung dewasa. Masih sering mementingkan kenikmatan sesaat dari pada menunggu saat yang tepat untuk menjadi nikmat. Selalu ada kebiasaan-kebiasaan buruk yang sampai saat ini belum bisa dimusnahkan karena kerapkali dianggap biasa. Bangun kesiangan sudah biasa, ngomongin orang sudah biasa, main HP tanpa jeda sudah biasa, nyakitin hati orang lain sudah biasa. Lupa diri sudah biasa, berkata kasar dan sombong sudah biasa.
Jika semuanya sudah biasa, aku harus menjadikannya tidak biasa agar hilang dari kebiasaanku. Bagaimana caranya? Mulai mencari kebiasaan lain yang lebih baik. Kemudian lakukan secara rutin agar menjadi biasa dan menghilangkan biasa yang buruk. Contoh. Aku yang sudah punya kebiasaan (buruk) bangun kesiangan maka, pagi harus punya kebiasaan yang menyebabkan tidak bisa bangun kesiangan seperti bersih-bersih, lari pagi atau yang lainnya. Atau aku yang sudah biasa ngomongin orang, maka pada saat mau ngomongin orang harus punya kebiasaan lain, seperti halnya ngomongin diri sendiri, atau paling tidak diam dan bicara dalam hati. Begitupun seterusnya.
Kenapa aku kerap sekali kalah dengan kebiasaan yang aku ciptakan sendiri? Karena aku bukan ingin membentuk karakter tapi membiarkan diri terbentuk oleh keadaan. Pada akhirnya semua prilaku jarang sekali dipertimbangkan baik-buruknya.
Sampai disini sudah paham?
Mari aku lanjutkan, sebenarnya aku ini punya cita-cita (tinggi atau biasa aja tak penting) tapi untuk menggapai cita-cita sering kali aku abaikan atau ada beberapa faktor yang jarang sekali diperhatikan pada akhirnya sulit sekali untuk menggapainya. Jiwa petarung itu memang ditentukan dari kemenangannya saat bertanding, tapi kekuatan untuk mencapai jiwa petarung itu, ada banyak faktor. Tidak cukup dengan latihan rutin. Perlu ada dorongan dari keluarga, dukungan teman, permohonan do'a serta krakter diri juga sangat menentukan.
Terakhir, terlepas dari basa-basiku di atas, aku hanya ingin menyampaikan bahwa aku, kamu, dan kalian semua terbentuk dari tindakan sehari-hari, nilai pada setiap diri dapat dilihat dari kebiasaannya setiap hari. Maka, jadikanlah yang baik-baik menjadi hal yang akan menjadi biasa bagi setiap diri. Jangan sampai aku, kamu, dan kalian menjadi korban penyesalan setiap hari, terlebih dipenghujung perjalanan.
Sumedangan, 06 Februari, 2020
Anda sekarang membaca artikel Esai Kebiasaan dengan alamat link https://gpbn1.blogspot.com/2020/02/esai-kebiasaan.html
Judul : Esai Kebiasaan
link : Esai Kebiasaan
Esai Kebiasaan
K E B I A S A A NHari ini tidak jauh beda dari hari-hari sebelumnya, tentang aku dan segala rasa yang berkecamuk dalam benak. Aku yang mulai menua, tapi jiwa tak kunjung dewasa. Masih sering mementingkan kenikmatan sesaat dari pada menunggu saat yang tepat untuk menjadi nikmat. Selalu ada kebiasaan-kebiasaan buruk yang sampai saat ini belum bisa dimusnahkan karena kerapkali dianggap biasa. Bangun kesiangan sudah biasa, ngomongin orang sudah biasa, main HP tanpa jeda sudah biasa, nyakitin hati orang lain sudah biasa. Lupa diri sudah biasa, berkata kasar dan sombong sudah biasa.
Jika semuanya sudah biasa, aku harus menjadikannya tidak biasa agar hilang dari kebiasaanku. Bagaimana caranya? Mulai mencari kebiasaan lain yang lebih baik. Kemudian lakukan secara rutin agar menjadi biasa dan menghilangkan biasa yang buruk. Contoh. Aku yang sudah punya kebiasaan (buruk) bangun kesiangan maka, pagi harus punya kebiasaan yang menyebabkan tidak bisa bangun kesiangan seperti bersih-bersih, lari pagi atau yang lainnya. Atau aku yang sudah biasa ngomongin orang, maka pada saat mau ngomongin orang harus punya kebiasaan lain, seperti halnya ngomongin diri sendiri, atau paling tidak diam dan bicara dalam hati. Begitupun seterusnya.
Kenapa aku kerap sekali kalah dengan kebiasaan yang aku ciptakan sendiri? Karena aku bukan ingin membentuk karakter tapi membiarkan diri terbentuk oleh keadaan. Pada akhirnya semua prilaku jarang sekali dipertimbangkan baik-buruknya.
Sampai disini sudah paham?
Mari aku lanjutkan, sebenarnya aku ini punya cita-cita (tinggi atau biasa aja tak penting) tapi untuk menggapai cita-cita sering kali aku abaikan atau ada beberapa faktor yang jarang sekali diperhatikan pada akhirnya sulit sekali untuk menggapainya. Jiwa petarung itu memang ditentukan dari kemenangannya saat bertanding, tapi kekuatan untuk mencapai jiwa petarung itu, ada banyak faktor. Tidak cukup dengan latihan rutin. Perlu ada dorongan dari keluarga, dukungan teman, permohonan do'a serta krakter diri juga sangat menentukan.
Terakhir, terlepas dari basa-basiku di atas, aku hanya ingin menyampaikan bahwa aku, kamu, dan kalian semua terbentuk dari tindakan sehari-hari, nilai pada setiap diri dapat dilihat dari kebiasaannya setiap hari. Maka, jadikanlah yang baik-baik menjadi hal yang akan menjadi biasa bagi setiap diri. Jangan sampai aku, kamu, dan kalian menjadi korban penyesalan setiap hari, terlebih dipenghujung perjalanan.
Sumedangan, 06 Februari, 2020
Demikianlah Artikel Esai Kebiasaan
Sekianlah artikel Esai Kebiasaan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Esai Kebiasaan dengan alamat link https://gpbn1.blogspot.com/2020/02/esai-kebiasaan.html
Posting Komentar untuk "Esai Kebiasaan"