Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Esai Sandiwara

Esai Sandiwara - Hallo sahabat Breaking News, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Esai Sandiwara, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel esai, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Esai Sandiwara
link : Esai Sandiwara

Baca juga


Esai Sandiwara

S A N D I W A R A

Pernah nggak ketemu orang tiba-tiba baik, tiba-tiba jahat, seketika manis, seketika asem? Nah, jika tidak, berarti kita belum sadar kalau ternyata sifat itu semua adalah diri kita sendiri. Seandainya kita tidak pandai bersandiwara, maka saya yakin tidak ada yang mau berteman dengan kita, tidak ada yang mau bersama kita. Kenapa demikian? Sampai detik ini jarang sekali (bahkan tidak pernah) tindakan kita, bicara kita jujur dan ikhlas keluar dari lubuk kita. Selalu ada mau yang dituju, pasti ujung-ujungnya yang menguntungkan diri kita sendiri. Belum lagi yang menyangkut rasa dengki kita yang tiada henti-hentinya pada pencapaian orang lain, rasa benci kita pada prilaku yang orang lain perbuat, rasa iri kita atas sesuatu yang orang lain miliki. Tapi (beruntungnya) kita masih menjadi aktor yang handal dalam menutupi itu semua sehingga orang lain yang menjadi sasaran sifat bejat kita masih mau berteman dan bersama kita, coba kalau tidak, bisa dibayangkan hidup kita tidak akan pernah selesai dari perkelahian.

Kalau boleh berandai, kita itu tidak ubahnya sepotong roti busuk yang di-(paksa)-sajikan pada khalayak konsumen guna mendapatkan keuntungan dengan cara memperindah kemasan, membuat iklan yang sifatnya hiperbol, merangkul semua media, serta meyakinkan konsumen dengan iming-iming diskon dan undian. Tidak pernah kita perhatikan khasiat roti, vitaminnya, kandungan gizinya serta efek bagi para konsumen. Ini kan bejat sekali, sungguh persyetan tindakan semacam ini. Bukan hanya orang lain yang dirugikan tapi diri kita sendiri akan terus teraniaya karena harus bertingkah yang bukan diri kita yang sebenarnya di depan semua orang.

Apa lagi? Lalu apakah kita harus berkata jujur tentang semua hal yang kita rasakan? Tentu ya. Tapi bagaimana jika itu akan menyebabkan kemudharatan? Nah, disinilah peran kita yang sesungguhnya, bagaimana kita mampu menjadikan semua gerak-gerik kita jauh dari sifat yang membuat orang lain sakit hati, tersinggung dan merasa dirugikan. Bagaimana caranya? Perbanyak bercermin, sesempurna apakah kita sampai-sampai harus mencela orang lain, sehebat apakah kita sampai-sampai harus menghujat orang lain, sebesar apakah kita sampai-sampai harus merendahkan orang lain. Jika cara ini belum ampuh, perhatikanlah badan kita, bahwa ternyata kita hanya sebongkah daging dan tulang yang tersusun rapi, di perut hanya ada kotoran, dan pada akhirnya akan binasa di makan usia. Apa yang masih mau disombongkan? Harta? Yang masih minta pada orang tua atau hanya hasil merampok hak orang lain. Jabatan? Yang tidak lebih dari hasil akrab dengan bos atau karena masih ada ikatan keluarga. Atau wanita cantik? yang sering kita bawa ke kafe-kafe mahal tanpa pamit pada orang tuanya. Tentu semuanya serba sandiwara.

Dan, semua tulisan ini termasuk aku adalah persandiwaraan. Jadi, tidak usah tersinggung. Mari kita bersandiwara bersama-sama.

Laden, 08 Februari 2020
#catatan


Demikianlah Artikel Esai Sandiwara

Sekianlah artikel Esai Sandiwara kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Esai Sandiwara dengan alamat link https://gpbn1.blogspot.com/2020/02/esai-sandiwara.html

Posting Komentar untuk "Esai Sandiwara"